Selasa, 04 Agustus 2009

HIDUPLAH SEPERTI KAPTEN DALAM SUATU PERTANDINGAN


Beberapa hari yang lalu ketika sedang berdiskusi dengan seorang mentor dalam dunia kerja saya sekarang ini, beliau menyarankan saya untuk menjadi kapten dalam program yang saat ini sedang saya jalani. Seperti layaknya pertandingan sepak bola. Kenapa seorang kapten? Karena dalam pertandingan seorang kapten dituntut bisa bermain dengan baik sambil mengamati berjalannya pertandingan secara keseluruhan untuk bisa memberikan masukan dan arahan bagi pemain lain agar memenangkan permainan. Ini sebuah analogi yang menarik bagi saya. Karena saya baru pertama kali mendengar analogi seperti ini.
Di lain kesempatan saya pun mendengar hal yang sama dari sang mentor. Kemudian di waktu yang lain saya berpikir, mungkin dalam kehidupan sebenarnya pun kita seharusnya bisa menjadi seorang kapten untuk dapat memaknai hidup ini dengan lebih baik lagi dari sebelumnya. Seharusnya kita bisa belajar secara keseluruhan apa sebenarnya SOP dari kehidupan ini dan mencoba menerapkannya sedikit demi sedikit. Kita di tuntut untuk bisa bermain dengan baik dan di saat bersamaan pun bisa tetap mempertahankan pandangan kita terhadap keseluruhan pertandingan agar tidak terjebak dalam hal detail (rutinitas) dan dapat memenangkan pertandingan dengan cantik. Kemudian belajar dari apa yang kita lakukan sambil terus berkonsultasi dengan para pelatih. Dalam hal ini adalah orang-orang yang kita anggap berpengalaman, berpengetahuan lebih dan bijaksana dalam perjalanan hidupnya (orang-orang shalih dan orang-orang bijaksana). Dengan begitu kita mungkin akan lebih akseleratif mencapai tujuan hidup yang diamanahkan Allah Swt kepada kita.
Hidup adalah pilihan. Itu adalah sebuah kalimat yang sudah sering saya dengar dari beberapa waktu yang silam. Tetapi mungkin saat ini saya lebih dapat memaknai kalimat itu dengan lebih lengkap, walaupun mungkin akan lebih lengkap lagi di masa yang akan datang. Kenapa saat ini lebih lengkap? Karena saat ini saya berkeyakinan. Sayalah yang sepenuhnya menjadi nahkoda dalam kehidupan ini. saya menentukan apakah saya akan menjalani hidup ini dengan kesenangan, kesedihan, keceriaan ataupun kekelaman. Karena saya baru sadar Allah SWT sudah begitu sempurna menciptakan alam jagad raya ini berikut semua tools2 untuk mengarunginya agar tidak tersesat. Tetapi terkadang, nafsu duniawi dan ketidakmampuan kita untuk menemukanlah yang menutupi kita untuk melihat tools tersebut dan menggunakannya. Allahu’alam bisawaf.

MEMIMPIN DENGAN HATI


Tema kepemimpinan mungkin adalah salah satu tema yang tak akan pernah lekang oleh zaman. Sebuah tema yang akan selalu menarik untuk dijadikan bahan kajian, analisa dan tentu saja diaplikasikan. Banyak budaya, pemikiran bahkan kepercayaan/keyakinan (agama) yang memberikan kontribusi terhadap khasanah tentang kepemimpinan ini. semuanya memiliki keunikan terhadap satu dengan lainya dalam hal konteks, tetapi dalam hal konten sebagian besar memiliki kesamaan.
Mungkin sebagai Masyarakat indonesia kita boleh bangga, karena kemarin kita baru melewati perhelatan besar pemilihan pemimpin di negeri ini dengan relatif aman dan terkendali secara keseluruhan. Walaupun disana sini masih terdapat kekurangan, khas seperti halnya seseorang yang baru belajar. Bahkan kesalahan adalah keniscayaan yang harus dimiliki seorang pembelajar sejati agar proses pembelajarannya bisa semakin sempurna. Menurut saya semua ini bukan disebabkan oleh satu faktor saja, misalnya presidennya pada saat ini SBY. Atau karena DPR/MPR-nya di pimpin Hidayat Nurwahid dan Agung Laksono atau bahkan sampai dengan karena penanggung jawab keamanan negeri ini sedang di pegang Djokosantoso sebagai Panglima TNI dan Bambang Hendarso Danuri sebagai Kapolri. Kalau menurut saya bukan itu sama sekali. Banyak sekali faktor yang tersistem yang akhirnya menyebabkan kejadian seperti sekarang ini. karena seperti kita ketahui Allah SWT tidak menciptakan Alam Jagad Raya ini ‘ujug-ujug’ atau tiba-tiba saja. Atau bahasa yang populer yang dikatakan Einstein adalah “tuhan tidak bermain dadu dalam menciptakan alam raya ini”. dengan kata lain semua ini ada maksud, tujuan, sebab-akibat yang melatarbelakanginya. Dan kita manusia di tuntut untuk dapat melihat dan belajar dari semua fenomena yang kita dilihat, saksikan, amati dan rasakan.
Begitu halnya fenomena pemilu belakangan ini, sadar atau tidak disadari semua ini terbangun akibat sebuah sistemik faktor yang dapat ditarik dari berbagai paradigma, sudut pandang & disiplin ilmu masing-masing analisator. Tetapi disini saya ingin mengambil sudutpandang para kaum positive, yang selalu mengambil hikmah positif dari setiap fenomena yang terjadi. Menurut saya, sebagian masyarakat Indonesia cukup berkomitmen dalam menjadikan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Ini terbukti dalam pemilu kali ini, kita cukup bisa meminimalisir konflik horizontal antar pendukung partai dan capres-cawapres. Terlepas dari berbagai analisa oportunis terhadap kejadian ini (baca:aman terkendali), saya percaya ini adalah akibat sebagian besar dari masyarakat kita masih memiliki dan menggunakan hati dalam setiap tindak tanduk berbangsa dan bernegara dewasa ini. Desas desus provokasi sudah tidak jaman lagi di kalangan masyarakat kita. Apalagi tindakan-tindakan anarkis yang hanya akan menguntungkan pihak-pihak oportunis-pragmatis yang anti idealisme dalam hal ini.
Oleh karena itu sudah waktunya bangsa ini di pimpin dengan hati, seperti Rosulullah memimpin madinah 14 abad yg lalu, seperti halnya mahatma gandhi memimpin india keluar dari penjajahan, serta seperti yang pernah pemimpin2 besar dunia lakukan. Mencoba mengejewantahkan ketulusan hati dalam setiap tindakan kepemimpinan. Menggiring dan melayani para pengikut ke jalan kebenaran dengan hati. Menempatkan hati nurani sebagai bentuk lain dari eksistensi tuhan dalam diri. Semua ini bukan hal yang mudah, tetapi bukan pula sesuatu yg naif utk dilakukan. Semua dari kita memiliki tanggung jawab untuk dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Dengan cara apa? Tentunya dengan cara melakukan kebaikan dari diri kita sendiri, dari yg terkecil dan saat ini juga. Mudah-mudahan kita selalu berada dalam jalan-NYA untuk bisa selalu berdamai dan bersahabat dengan diri sendiri guna menciptakan kebenaran hakiki di alam dunia ini.amin.
(tulisan ini terinspirasi dari pulangnya Yusuf Kalla ke kampung halaman. Terlepas apa motif di balik itu semua, tetapi saya melihat ada kebesaran jiwa yang melatarbelakanginya yang seharusnya dimiliki seorang negarawan sejati negeri ini. mudah2an negeri ini di pimpin oleh negarawan-negarawan yang selalu menggunakan hati dalam kegiatan kepemimpinannya.amin)

Senin, 16 Maret 2009

KALO BISA GOLPUT, KENAPA HARUS MILIH????


Itu memang sebuah issue yg marak belakangan ini di tengah masyarakat kita. Mungkin diantara kita menganut paham diatas.
Beberapa alasan kenapa kita harus golput:
1. Pola pemilihan yg tidak konsisten (antara pemilihan langsung dengan sistem kuota secara kuantitas). Jadi rakyat dipaksa untuk memilih langsung semua calon yg udah di olah, diperas, diseleksi dan di kualifikasi oleh partai politik.
2. Semua janji-janji yang dikemukakan hanya lips service pemenangan pemilu. Ketika sudah terpilih semua pd insomnia.
3. Logikanya, kalo br caleg aja udah banyak modal yg dikeluarin (dari mulai yg legal-bikin poster, baliho, kaos, acara dangdutan, dll yg memakan duit besar—sampe yg ilegal – money politics). Kayanya klo udah kepilih nanti, bisa dipastikan langsung kejar setoran balik modal. Huf,,,Makin memperparah trust masyarakat kepada politik.
4. Terakhir, ini adalah alasan yg sangat disesalkan apabila memang terjadi kepada kita yaitu: MALAS!!! Malas ke TPS, malas hrs ngbrol ama pa RT, pa RW n tetangga lain di sekitar rumah, malas daftar & malas mencari tahu segala hal tentang pemilu. Mdh2an alasan ini gak pernah dan ga akan menempel di benak kita para agen of change.

Terus bagaimana kita menentukan nasib bangsa ini, kalau memang mekanisme pemilihan pemimpin dan penentu kebijakan di negara ini harus melalui jalur pemilu???? Sebelum saya menuangkan pendapat saya atas pertanyaan berikut, mari kita lihat terlebih dahulu Alasan-alasan kenapa kita gak boleh golput:
1. Seperti halnya solat. Solat adalah Wajib, oleh karena itu segala upaya untuk sahnya kegiatan solat kita wajib dilakukan. Begitu halnya dengan memilih pemimpin, dalam islam memilih pemimpin adalah wajib. Bahkan ketika ada dua orang yang sedang berjalan, salah satunya harus dijadikan pemimpin agar lebih terarah, fokus dan tercapai semua yg kita inginkan. Oleh karena itu semua proses yg dilakukan untuk memilih pemimpin tersebut menjadi wajib. (dikutip dari khotbah jum’at di masjid: An-nur, 13 Mar 2009)
2. Apabila bnyak dari kita apatis (sebagai dampak dari parahnya sistem serta prilaku perpolitikan bangsa kita), terus siapa yg akan bertanggung jawab apabila tampuk kepemimpinan digunakan oleh orang2 yg oportunis, pragmatis dan anti-idealis. Yang ada bangsa kita ntar menjadi bangsa yg najis.
3. Apakah kita hanya akan menonton saja apabila ada pihak2 yg mengambil keuntungan dari prilaku masyarakat yg mulai apatis dg sistem perpolitikan bangsa???? Sementara mereka mengumpulkan massa, merapatkan barisan, mengorganisasikan pergerakan dan merencanakan strategi untuk mengambil alih pengaturan negara beserta kebijakan-kebijakan yg akan mendukung proses pengaturan tsb. Bagi beberapa orang yg cenderung menganut teori konspirasi pasti sudah dapat merasakan aura tersebut. Tetapi, bagi kita yg masih memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan bangsa ini kearah yg baik melalui proses pengaturan yg baik, tentu akan ikut ambil bagian dalam proses penentuan mekanisme perpolitikan bangsa ini.

Kita adalah manusia yg cukup modern untuk memahami sitematika berpikir silogisme kehidupan. Dengan tetap mendengarkan hati nurani berbicara. Caranya gimana????
1. Cari tau secara pro-aktif, calon pemimpin2 yg akan mewakili kita di senayan nanti dan di DPRD daerah masing2. Mana yg kira2 amanah dan berkualitas (dalam hal kompetensi dan akhlak) yg dapat kita percaya dapat membuat kebijakan yg pro terhadap kemaslahatan umat. Bedakan antara “JANJI-JANJI dengan KOMPETENSI”. Caranya: cari tahu track record yg pernah dia lakukan semasa hidupnya, bisa dari prestasi2 yg pernah di peroleh maupun dari sikap dan prilaku dia dlm merespon setiap fenomena yg terjadi di masyarakatnya. Jangan lupa cari tau jg, apakah dia pernah tersangkup masalah KKN atau tindakan “biadap”(KKN salah satu tindakan biadab-red) lainnya.
2. Kalau memang agak repot untuk mencari tahu kualitas individu2 tersebut, karena keterbatasan informasi yg kita peroleh. Kita dapat menganalisa yg lebih mudah yaitu dg menganalisa partai politik yg menjadi kendaraannya. “ah parpol sekarang sama saja!!!”, tunggu dulu!!! Sudah saatnya kita memaksakan diri kita utk open minded dlm menyikapi segala sesuatu. Kita dituntut melakukan ikhtiar yg maksimal dlm mengharapkan sesuatu. Dlm kaitan disini, kt dituntut mengklasifikasi dan memboboti serta memberi nilai dari sekian banyak parpol yg kita kenal. Bagaimana? Sy akan sedikit membri tips utk membatasi proses analisa kita:
a. Pilih partai yg memiliki sistem rekruitment yg ketat terhadap calon legislatif yg akan di ajukan.
b. Pilih partai yg memiliki sistem controlling yg kuat dlm memonitor prilaku setiap anggotanya baik di DPR, DPRD I, DPRD II bahkan di kepengurusan tingkat ranting sekalipun.
c. Pilih partai yg memiliki track record yg teruji dlm hal kebersihan dalam setiap kasus yg berbau KKN.
d. Jangan terlalu cepat men-judge sebelum mengklarifikasi secara komprehensif setiap penilaian. Karena itu akan membuat bias (ketidak tepatan/ kurang representatif) penilaian serta pengambilan keputusan kita nantinya.


Saya rasa Allah SWT sangat senang sekali bagi umatnya yg senantiasa beriktiar secara maksimal dlm setiap yg di inginkannya. Walaupun itu akan lebih banyak meneteskan keringat dan menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran. Tapi, percayalah buah dari ini semua begitu manis apabila pada saatnya nanti kita harus menuainya. Mulailah peduli terhadap kemaslahatan kita bersama, karena sdh bnyk terbukti paham individualistis tdk akan membawa kemajuan dan keuntungan apa2 bagi kita pribadi pd khususnya dan masyarakat sekitar kita pd umumnya. Sebarkan aura kepedulian mulai dari lingkungan terdekat kita: keluarga, teman dan masyarakat lingkungan kita.
Wallahualam bisawaf.